Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2025

Satu Mulut Dua Telinga

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno Senja di Pantai Kayamanya, Tonakodi menghabiskan waktu bersama teman-teman seprofesinya duduk santai, berdiskusi menyambut Maghrib tiba. Om Uly, Ryan, Ishaq, Simson, dan Ipul asyik berbincang dengan Marco. Bahasannya tidak main-main, mulai dari kondisi ekonomi nasional, global, dan daerah. "Wah ini bisa jadi tema menarik untuk diseminarkan," batin Tonakodi. Bagaimana tidak. Perbincangan dimulai dari kenaikan suku bunga FED, Bank Sentral Amerika, penurunan suku bunga BI, hingga pengaruhnya pada perputaran ekonomi di daerah. Perbincangan juga menyerempet naik turunnya harga saham, perusahaan-perusahaan ternama, khususnya yang sedikit banyak punya afiliasi usaha dengan bos-bos di Amerika. Sore itu, Tonakodi yang biasanya aktif dalam kongko-kongko bersama koleganya, lebih banyak diam. Sesekali menimpali percakapan. Ia banyak mendengar, dan tangannya menulis di sebuah buku kecil lusuh yang selalu dibawa kemana-mana. Buku kecil itu sering menarik perhatian teman...

Bangkitlah dari Kesunyian

Gambar
 Oleh: Temu Sutrisno  Ku kepak sayap Terbang membumbung ke angkasa Ku lihat hutan meranggas gundul ditelan mangsa Ku dengar gunung berteriak digali dirudapaksa   Di bawah sana Tangan ringkih anak negeri Gemetar berharap serpihan sisa Para cukong menepuk paha Menari bersuka ria   Ku menyelam dalam lautan Kepala terantuk pagar Lautan di kapling seperti halaman Ku lihat nelayan Menghela napas kehabisan daya Para garong tertawa kencing mengangkang   Ku susuri perut bumi Dalam gelap jutaan mayat protes dalam nyanyi sunyi Tanah, lautan, udara tergadai Jutaan rakyat terjerat utang yang tak kunjung selesai   Dalam gelora asa Ku ajak mereka bangkit melawan para bandit Jangan biarkan tirani menguasai negeri Dalam bisu berkepanjangan mereka berujar:   "Ajaklah yang berhasrat hidup, angkat tonggak kibarkan bendera, tabuh genderang dan menarilah. Jangan biarkan mereka bangga menghirup kentut sendiri. Sadarkan mereka, jangan tersenyum dalam derita, dininabobokan jan...

Allah pun Bersalawat

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno Minggu pagi, Tonakodi bersama kolega melakukan perjalanan ke luar kota. Perjalanan cukup lumayan jauh, sekira dua ratus kilometer. Sepanjang perjalanan, gema salawat mengiringi lewat tape mobil yang ditumpangi. Hingga waktu istirahat tiba, rombongan berhenti di warung makan, sekalian melaksanakan salat Zuhur. Setelah salat, Tonakodi, Om Uchen, Rian, Ishak, dan Uly ngopi sembari menunggu ikan bakar yang telah dipesan. Tak ingin sunyi dengan main hape, ngopi diisi diskusi kecil-kecilan. Entah siapa yang memulai, akhirnya diskusi sampai pada tema salawat. Tonakodi bercerita, pada saat dirinya masih sekolah, setiap puasa ramadan anak-anak di kampungnya memiliki tradisi mengaji pada ustadz atau kyai tertentu. Sekira empat puluh tahun berlalu, ajaran kyai tentang salawat masih melekat di ingatan Tonakodi. "Pada waktu itu, kyai bilang bahwa salawat merupakan merupakan ibadah yang istimewa," kata Tonakodi. Apa istimewanya? Pertama, salawat adalah perintah ibadah A...

Air Kehidupan

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno   Di Dego-dego taman kantor perkumpulan, Tonakodi seperti hari-hari biasa menemani kawan-kawan sekumpulan berbincang. Kali ini temanya agak lari dari profesi yang mereka geluti. Namun tidak jauh-jauh dari fenomena kehidupan. Seliweran kabar di beberapa media, seorang anak tega menghabisi orang tuanya. Penyebabnya mudah diduga, pengaruh barang haram Narkoba. Pak Bas, yang paling senior di antara mereka yang berkumpul hari itu mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan bangsa. “Jika hal seperti ini terus berkembang, Narkoba di mana-mana, anak-anak muda terpengaruh, mau seperti apa bangsa ini ke depan?” Pak Bas memulai pembicaraan. “Butuh keseriusan aparat dan kerja sama seluruh masyarakat untuk memberantas. Tidak ada jalan lain, Narkoba mesti menjadi common enemy , musuh bersama,” Om Uchen menimpali. “Bagaimana itu Tonakodi?” Ami memancing Tonakodi turut bicara. “Nakana, so betul Om Uchen bilang. Cocok sudah itu. Tapi ngomong-ngomong, bagaim...

Melawan Ya'juj Ma'juj

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Jumat, saat matahari merangkak naik. Seperti biasa, Tonakodi, Om Uchen, Aso, dan beberapa kawan seprofesi berbincang di kantor perkumpulan sembari ngopi. Tema perbincangan tak jauh-jauh dari pekerjaan mereka sehari-hari  Meski hanya ditemani kopi, teh, pisang Manado, dan kacang kulit sangrai, perbincangan hangat dan intens. Sesekali diiringi gelak tawa, diantara diskusi serius namun penuh canda. Hingga jarum jam menunjuk pukul 11.45, Tonakodi dan kawan-kawan bergeser, menuju masjid untuk salat Jumat. "Pigi salat Jumat dulu kita. Nanti lanjut bacarita," ajak Om Uchen. Sampai di masjid dekat kantor perkumpulan yang jaraknya sekira lima puluhan meter, mereka langsung mengambil air wudhu dan masuk masjid. Tak lama berselang, waktu salat Jumat tiba. Usai adzan dikumandangkan, khatib naik mimbar menyampaikan khutbahnya. Khutbah sang khatib cukup menarik. Khatib mengajak jemaah untuk melawan sifat Ya'juj Ma'juj dengan menegakkan salat. Orang yang beruntu...