Satu Mulut Dua Telinga

Oleh: Temu Sutrisno Senja di Pantai Kayamanya, Tonakodi menghabiskan waktu bersama teman-teman seprofesinya duduk santai, berdiskusi menyambut Maghrib tiba. Om Uly, Ryan, Ishaq, Simson, dan Ipul asyik berbincang dengan Marco. Bahasannya tidak main-main, mulai dari kondisi ekonomi nasional, global, dan daerah. "Wah ini bisa jadi tema menarik untuk diseminarkan," batin Tonakodi. Bagaimana tidak. Perbincangan dimulai dari kenaikan suku bunga FED, Bank Sentral Amerika, penurunan suku bunga BI, hingga pengaruhnya pada perputaran ekonomi di daerah. Perbincangan juga menyerempet naik turunnya harga saham, perusahaan-perusahaan ternama, khususnya yang sedikit banyak punya afiliasi usaha dengan bos-bos di Amerika. Sore itu, Tonakodi yang biasanya aktif dalam kongko-kongko bersama koleganya, lebih banyak diam. Sesekali menimpali percakapan. Ia banyak mendengar, dan tangannya menulis di sebuah buku kecil lusuh yang selalu dibawa kemana-mana. Buku kecil itu sering menarik perhatian teman...