Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Puisi-MAAFKAN

Oleh: Temu Sutrisno Kawan Semua orang pernah alpa Setiap insan tak lepas dari khilaf Salah dan dosa Kawan Belajar dan tengoklah manusia agung Muhammad tidak memendam rasa Abu Sufyan sang penentang Diampuninya Kawan Yusuf yang menawan Sedih merana dalam sumur tua Dia berikan tempat terhormat saudaranya Kawan Isa yang pengasih Mendoakan orang yang mengingkarinya Mengajarkan makna cinta Kawan Jangan kesumat membara Terbawa kepada Sang Kuasa Maafkanlah Itu luhur bijaksana.*** Tana Kaili, 2 Oktober 2017

Puisi-PESAN SANG BUMI

Oleh: Temu Sutrisno Duh manusia engkau berpecahbelah berkelahi ingin menguasaiku Menyikut, mengijak,menyingkirkan yang lain hanya karena aku bukankah hanya sedikit lubang dariku yang engkau butuhkan? Hai manusia engkau boleh berjalan mengolah dan beraktivitas di punggungku ingat suatu saat engkau akan masuk dalam perutku Engkau berlaku gemerlap di atas punggungku ingat suatu saat engkau akan kegelapan dalam perutku Tidakkah engkau pikirkan itu? Engkau bersenang-senang beramai-ramai tanpa kendali mengoyak tubuhku tidakkah engkau ingat suatu saat nanti engkau akan sendirian di dalam perutku Semua itu bisa engkau lewati tanpa kegelapan dan ketakutan hanya dan hanya dengan takwa dan imanmu pada Tuhan!*** Tana Kaili, 2 Februari 2014

Perjalanan Dinas Rp111 Miliar, Kesmas Rp3,2 Miliar

Oleh: Temu Sutrisno Tingginya temuan kasus gizi buruk di beberapa wilayah Sulteng, menunjukkan masih banyak masyarakat miskin dan hampir miskin. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kampanye pemerintah Sulteng, yang menyatakan angka kemiskinan turun sekitar dua persen pertahun. Data terbaru, seperti yang dirilis Mercusuar edisi Senin (16/2), kasus gizi buruk di Kabupaten Morowali awal 2009 ini berjumlah tujuh kasus. Dari sisi kuantitas, jumlah tersebut jauh melampaui angka rata-rata kasus gizi buruk di Sulteng pada 2008 lalu dimana per bulannya tiga kasus. Tahun 2008, kasus gizi buruk pada Balita juga terjadi pada hampir semua wilayah Sulteng. Kasus terbesar terjadi di Kabupaten Donggala. Dinas Kesehatan Sulteng menemukan 102 kasus   di kabupaten tertua di Sulteng ini. Menyusul Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) sebanyak 39 kasus dan Buol 29 kasus.   Kasus gizi buruk pada balita paling sedikit terjadi di Kabupaten Poso, atau hanya 1 kasus. Berdasarkan data data

Pengentasan Kemiskinan Tanpa Arah

Oleh: Temu Sutrisno Penanggulangan kemiskinan merupakan program prioritas pemerintahan HB Paliudju-Ahmad Yahya. Program ini turunan langsung dari visi “Sulteng aman, adil, damai dan sejahtera”, yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sulteng 2006-2011. Sudahkan penanggulangan kemiskinan selama tahun 2007, mencapai hasil maksimal? Berikut catatan wartawan koran ini. Penurunan angka kemiskinan yang dikampanyekan Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD), dari 566.100 jiwa (24,09%) pada tahun 2006 menjadi 557.400 jiwa (22,42%) pada tahun 2007, dinilai banyak pihak meragukan. Karena realitas di lapangan, menunjukan jumlah orang miskin mengalami peningkatan signifikan. Penilaian tersebut wajar, mengingat tidak adanya definisi dan indikator jelas tentang kemisikinan di Sulteng. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), tidak didapatkan definisi dan indikator kemiskinan. Bahkan saat paripurna pembahasan RPJMD beberapa waktu l

Target Pemberantasan Buta Aksara, Dikjar Omong Kosong

 Oleh: Temu Sutrisno Target pemberantasan buta aksara Sulteng tahun 2009 yang dicanangkan Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dikjar) dinilai tidak realistis. Dikjar Sulteng terlalu mengawang-awang, menyusun program pemberantasan buta aksara, yang mencapai 72 ribu jiwa. Tidak tanggung-tanggung, penilaian itu dilontarkan anggota DPRD Provinsi (Deprov) HA. Firman Maranua. Secara sinis Firman, menganggap target pemberantasan buta aksara pada tahun 2009, hanya omong kosong. Pemberantasan buta aksara hingga 72 ribu untuk satu tahun kedepan, bukan persoalan mudah. Terlebih, angka di lapangan, bisa lebih besar dari yang data yang diajukan Dikjar Sulteng. Belum lagi, indikator yang dijadikan parameter keberhasilan, sangat subyektif. Artinya indikator buta aksara, antara Dikjar dan pihak lain bisa berbeda dan dapat diperdebatkan. Pernyataan dan penilaian Firman dikuatkan Ketua Komisi IV Deprov, Armin Latjangky. “Indikator sifatnya relatif. Apa yang dijadikan patokan Dikjar, bisa b