Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Semangat Seikat Sapu

Gambar
USAI salat Jumat, saya coba-coba buka-buka file catatan jurnalistik di komputer. Iseng-iseng saya coba atur file berdasarkan pengelompokan isu. Siapa tahu, kedepan pengelompokan itu penting dan bisa diterbitkan dalam sebuah buku sederhana. Tanpa sengaja, saya temukan satu tulisan mahasiswa magang beberapa tahun lalu. Oleh pimpinan, saya ditugaskan membimbing mahasiswa itu. Tulisan itu seputar pengalaman seorang ibu penyapu jalan di kota dimana saya tinggal. Saat itu pikiran saya simpel, hampir setiap saya pulang sekira jam dua dini hari, para penyapu jalan telah memulai kerjanya. “Ini bisa jadi tulisan menarik. Coba liput dan rasakan bagaimana mereka bekerja dalam dekapan dingin dini hari,” kata saya sembari mengarahkan dan memberikan tips agar hasil liputan terasa hidup dan dapat menginspirasi pembaca. Satu yang saya petik dari tulisan mahasiswa tadi, ternyata ibu penyapu jalan seorang janda dengan tiga anak. Dia memilih pekerjaan itu, karena tidak punya ketrampilan. Dia hanya lulu

Vox Populi, Vox Argentum

Gambar
KONON, serombongan orang naik bus ber-AC. Sesaat sebelum bus berjalan, tercium aroma tidak sedap. Sontak seluruh penumpang beserta supir dan kernet bus ribut. Mereka saling tuduh. Siapa yang kentut? Ayo mengaku, kalau tidak, mobil tidak akan jalan! Teriak sopir. Tidak satupun orang dalam bus mengaku. Ribut saling tuduh dan mengelak terus terdengar. Akhirnya sopir membuka pintu dan menunggu beberapa waktu, hingga bau tak sedap benar-benar keluar. Perjalanan pun dilanjutkan. Semua diam dan menikmati perjalanan. Sesekali terdengar nyanyian kecil atau sekadar candatawa penumpang. Sampai di tujuan, semua turun. Tiba-tiba sopir kembali teriak, yang kentut belum bayar! Spontan salah seorang penumpang langsung menjawab, hei jangan asal menuduh. Saya sudah bayar sama kernet. Gerrrrr...mendengar jawaban itu, rombongan langsung tertawa. Ketahuan dirinya buang angin saat hendak berangkat, penumpang tadi senyum menahan malu. Tapi nasi sudah jadi bubur. Tidak mungkin sopir membatalkan keberangkat

SIS Al Djufri; Mercusuar Kepribadian Bangsa dari Kota Palu untuk Indonesia

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno Habib Sayid Idrus bin Salim Al Djufri, bukan hanya milik Abnaul Alkhairaat di Sulteng, namun milik masyarakat yang ada di pelosok wilayah Indonesia Timur, bahkan sampai ke luar negeri. Kini, 83 tahun berdirinya perguruan Alkhairaat, telah menyebar dan maju dengan sangat pesat di negeri ini. Kitab Tarikh Madrasatul Khiratul Islamiyyah karya salah seorang santri generasi pertama Habib Idrus, menyebut makna secara etimologis Alkhairaat berasal dari kata khairun yang artinya kebaikan. Semangat menebar kebaikan itulah yang diusung Habib Sayid Idrus bin Salim Al Djufri. Teramat sulit menggambarkan sosok Habib Sayid Idrus bin Salim Al Djufri secara lengkap, karena kebesaran beliau dan keterbatasan penulis. Mungkin untaian kalimat sederhana ini, bisa mewakili sekian banyak penilaian orang terhadap beliau. Habib Sayid Idrus bin Salim Al Djufri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Guru Tua, laksana obor penerang yang menerangi di hati dan pikiran Abnaul Alkhairaat