Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

HET Elpiji, Subsidi Rakyat untuk Pengusaha

Gambar
KALANGAN agen dan pangkalan elpiji mengusulkan kenaikkan harga eceran tertinggi (HET) pada pemerintah provinsi Sulteng. HET elpiji diusulkan Rp17.000/3Kg atau naik Rp1500 dari HET sementara yang ditetapkan pemerintah, Rp15.500. HET sementara yang ditetapkan pemerintah menurut Asisten II Pemprov Sulteng, Bunga Elim Somba, merupakan angka rasional berdasarkan kondisi daerah. Penetapan HET tersebut diambil setelah melakukan kajian ekonomis dan tidak ada fatwa dari Kementerian Dalam Negeri terkait kondisi Sulteng. Sebelumnya diungkapkan Elim dalam rapat gabungan Komisi I dan Komisi III DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng (Rabu, 26/2/2014), Gubernur telah mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Agustus 2013, agar di Sulteng diberlakukan berbeda dari ketentuan Surat Menteri Dalam Negeri No. 541/3398/SJ tertanggal 17 September 2009 yang menetapkan HET elpiji Rp12.750. Gubernur mendasarkan permintaan tersebut atas kondisi perekonomian yang telah jauh berbeda antara tahun 2009 dengan

Pengurusan STNK Terindikasi Menyimpang

PALU, MERCUSUAR-Pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) terindikasi menyimpang. Miliaran rupiah biaya perngurusan, tidak dibuatkan tanda pembayarannya. Indikasi penyimpangan tersebut terungkap dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi II DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng dengan instansi mitra kerja, pekan lalu (17/2/2014). Anggota Komisi II Nadjamuddin Sjah yang diminta Ketua Komisi Yus Mangun untuk memaparkan hasil RDP mengatakan, selama ini biaya pengurusan STNK di Samsat Palu membengkak tidak sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Kepolisian Negara Republik Indonesia. Selama ini biaya pendaftaran atau perpanjangan STNK dipungut Rp125 ribu per unit untuk kendaraan roda empat dan Rp75 ribu untuk kendaraan roda dua. Berdasarkan PP No. 50 tahun 2010, biaya pendaftaran atau perpanjangan STNK hanya Rp75 ribu untuk roda empat dan Rp50 ribu untuk kendaraan roda dua. “Terdapat selisih limapuluh lima ri

Batalkan Pengumuman CPNS K2!

PALU, MERCUSUAR-Sekira lima puluhan tenaga honorer kategori dua (K2) yang tidak lulus seleksi CPNS 2013 menggeruduk DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, Rabu (19/2/2014). Mereka meminta nama-nama tenaga Honorer K2 yang dinyatakan lulus seleksi CPNS dibatalkan. Menurut mereka, banyak diantara nama-nama yang lolos seleksi berdasarkan pengumuman di situs Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, tenaga honorer baru dan terindikasi menabrak aturan. “Untuk memenuhi rasa adil, kalau kami tidak diluluskan sebaiknya yang lain juga dibatalkan. Banyak yang terindikasi main uang dan honorer baru. Kami bisa buktikan itu,” ungkap salah seorang dari mereka. “Itu ada honorer masuk tahun 2010 lulus. Malah dia jarang masuk kantor. Kami yang luncuran dari K1 dan telah mengabdi dari tahun 1994 tidak lulus. Padahal salahsatu yang dipertimbangkan lamanya mengabdi diatas lima tahun,” sambung yang lain. Wakil Ketua Komisi I, Ridwan Yalijama yang menerima aspirasi honorer tersebut menyatakan

Miskin Harta Kaya Hati

Pagi itu Toma Langgai membawa dua buah hatinya, I Langgai dan I Yojo jalan-jalan dengan motor tuanya. “Papa belikan es krim le,” ujar I Yojo. Tanpa banyak kata, Toma Langgai membelokkan motornya menuju swalayan mini, beberapa puluh meter ke depan. I Langgai dan I Yojo segera memilih es krim kesukaan masing-masing. Usai membayar di kasir, Toma Langgai memberikan uang kembalian masing-masing satu lembar untuk kedua putranya. “Kasihkan orang tua di depan pintu itu, nak ya,” bisik Toma Langgai pada I Yojo. “Ini kasihkan pada tukang parkir,” pinta Toma Langgai pada I Langgai putra pertamanya. Toma Langgai melanjutkan perjalanan ke beberapa permukiman warga bantaran sungai, melewati perumahan mewah dan akhirnya berhenti di tepi pantai. Di tepi pantai, semilir angin tak membuat I Langgai bermain pasir bersama adiknya. I Langgai mendekat ke Toma Langgai dan bertanya, “Pa kenapa orang tua tadi mengemis? Kasihan betul le,” katanya. “Dimana anak-anaknya, jangan-jangan tidak ada anak,” ceroco